Penalaran, Deduktif, dan Induktif
Penalaran
Pengertian Penalaran
Penalaran (reasioning) adalah suatu proses berpikir dengan
menghubung-hubungkan bukti, fakta atau petunjuk menuju suatu kesimpulan. Dengan
kata lain, penalaran adalah proses berpikir yang sistematik dalan logis untuk memperoleh
sebuah kesimpulan. Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat berupa fakta,
informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli (otoritas).
Proposisi
Proposisi adalah kalimat logika yang merupakan pernyataan
tentang hubungan antara dua atau beberapa hal yang dapat dinilai benar atau
salah. Dengan kata lain, Proporsisi sebagai pernyataan yang didalamnya manusia
mengakui atau mengingkari sesuatu tentang sesuatu yang lain.
Unsur – unsur proposisi
Dalam setiap propisisi dapat
mengandung unsur – unsur berikut.
1.
Term Subyek : hal yang tentangnya pengakuan atau
pengingkaran ditujukan. Term subyek dalam sebuah proposisi disebut subyek
logis. Ada perbedaan antara subyek logis dengan subyek dalam sebuah kalimat.
Tentang subyek logis harus ada penegasan/pengingkaran sesuatu tentangnya.
2.
Term Predikat : isi
pengakuan atau pengingkaran itu sendiri (apa yang diakui atau diingkari). Term
predikat dalam sebuah proposisi adalah predikat logis yaitu apa yang
ditegaskan/diingkari tentang subyek.
3.
Kopula : penghubung antara term subyek dan term
predikat dan sekaligus memberi bentuk (pengakuan atau pengingkaran) pada
hubungan yang terjadi. Jadi fungsi kopula ada tiga: Untuk menghubungkan subyek
dan predikat, untuk menyatakan subyek itu sungguh-sungguh berada/exist dan untuk
menyatakan cara mana subyek berada.
Jenis – jenis proposisi
Proposisi dapat dibagi ke dalam 4
aspek, yaitu:
1.
Berdasarkan bentuk, proposisi dibagi atas 2
jenis yaitu :
a.
Proposisi tunggal adalah proposisi yang terdiri
dari satu subjek dan satu predikat.
Contoh :
Semua mahluk hidup pasti bernapas.
Semua orang terlihat bahagia hari ini.
b.
Proposisi majemuk atau jamak adalah proposisi
yang terdiri dari satu subjek dan lebih dari satu predikat.
Contoh :
Setiap barang harus disusun dan ditata dengan rapi.
Pakaian ini di cuci dan dijemurkan oleh kakak.
2.
Berdasarkan sifat, proposisi dibagi atas 2 jenis
yaitu :
a.
Proposisi kategorial adalah proposisi yang
hubungan antara subjek dan predikatnya tidak membutuhkan / memerlukan syarat
apapun.
Contoh :
Semua mahasiswa memiliki KTM sebagai identitasnya.
Semua wajib pajak wajib membayar pajak.
b.
Proposisi kondisional adalah proposisi yang
membutuhkan syarat tertentu di dalam hubungan subjek dan predikatnya. Proposisi
dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu: proposisi kondisional hipotesis dan
disjungtif.
Contoh proposisi kondisional hipotesis :
Jika hari ini tidak hujan, dia akan menepati janjinya.
Jika waktu dapat terulang kembali, aku pasti lebih
berusaha lagi.
Contoh proposisi kondisional disjungtif :
Dia tidak jadi datang karena sibuk atau malas.
David Beckham adalah pemain bola atau model.
3.
Berdasarkan kualitas, proposisi dibagi dalam 2
jenis, yaitu :
a.
Proposisi positif merupakan proposisi yang
memiliki persesuaian antara subjek dan predikatnya.
Contoh :
Semua manusia adalah mahluk hidup.
Harimau adalah hewan buas.
b.
Proposisi negatif merupakan kebalikan dari
proposisi positif, dimana tidak ada terdapat kesesuaian antara subjek dan
predikatnya.
Contoh :
Tidak ada seorang laki – laki pun yang mengenakan
jilbab.
Tidak ada tumbuhan yang dapat berjalan.
4.
Berdasarkan kuantitas, proposisi dibagi juga
dalam 2 jenis, yaitu :
a.
Proposisi umum atau universal adalah proposisi
yang pada umumnya diawali dengan kata semua atau seluruh.
Contoh :
Semua warga negara Indonesia wajib memiliki KTP
sebagai identitasnya.
Semua mahasiswa haru mengerjakan tugas yang diberikan
oleh dosen.
b.
Proposisi khusus atau spesifik adalah proposisi
yang pada uumnya diawali dengan kata sebagian dan beberapa.
Contoh :
Sebagian kendraan bermotor diparikir di halaman
belakang.
Beberapa pelajar pergi kesekolah dengan berjalan kaki.
Inferensi dan Implikasi
Metode Inferensi adalah mekanisme berfikir dan
pola-pola penalaran yang digunakan untuk mencapai suatu kesimpulan. Metode ini
akan menganalisa masalah tertentu dan selanjutnya akan mencari jawaban
atau kesimpulan yang terbaik. Penalaran dimulai dengan mencocokan kaidah-kaidah
dalam basis pengetahuan dengan fakta-fakta yang ada.
Contoh metode
inferensi :
Pada suatu
hari, Anda hendak pergi kuliah dan baru sadar bahwa Anda tidak memakai kacamata.
Setelah diingat – ingat, ada beberapa fakta yang Anda yakini benar :
1.
Jika kacamataku ada di meja daput, aku pasti
sudah melihatnya ketika mengambil makanan kecil.
2.
Aku membaca buku pemrograman di ruang tamu atau
aku membacanya di dapur.
3.
Jika aku membaca buku pemrograman di ruang tamu,
maka pastilah kacamata kuletakan di meja tamu.
4.
Aku tidak melihat kacamataku ketika aku
mengambil makanan kecil.
5.
Jika aku membaca majalah di ranjang, maka
kacamataku kuletakkan di meja samping ranjang.
6.
Jika aku membaca buku pemrograman di dapur, maka
kacamata ada dimeja dapur.
Berdasarkan
fakta tentukan dimana letak kacamata ?
Jawab :
Pertanyaan
dengan simbol – simbol logika :
p : kacamata
ada di meja dapur
q : aku
melihat kacamataku ketika mengambil makanan kecil
r : aku
membaca buku pemrograman di ruang tamu
s : aku
membaca buku pemrograman di dapur
t : kacamata
kuletakkan di meja tamu
u : aku
membaca majalah di rangjang
v : kacamata
kuletakkan di meja samping ranjang
Fakta dapat
ditulis :
1.
p à
q
2.
r v s
3.
r à
t
4.
~q
5.
u à
v
6.
s à
p
Inferensi yang
dapat dilakukan
1.
p à
q
~p___~q
2.
s à
p
~s___~p r___t
3.
r v s
r___~s
4.
r à
t
Kesimpulan :
Kacamata ada di meja tamu.
Implikasi adalah Pernyataan majemuk
yang menggunakan kata hubung “Jika...Maka...” disebut Implikasi, pernyataan
bersyarat, kondisional atau hypothesical dengan
notasi.
P => q
Dibaca :
1.
Jika p maka q
2.
q jika p
3.
p adalah syarat cukup untuk q atau
4.
q adalah syarat perlu untuk p
Wujud Evidensi
Wujud Evidensi
merupakan semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau
autoritas yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam
kedudukan sebagai evidensi tidak boleh digabung dengan apa yang dikenal sebagai
pernyataan atau penegasan. Dalam wujud yang paling rendah ebidensi itu
berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atay informasi adalah
bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu.
Cara menguji data
Data dan
informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu
perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang
merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara
yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut.
1.
Observasi
2.
Kesaksian
3.
Autoritas
Cara menguji fakta
Untuk
menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta,
maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian
tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta,
sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua
yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat
kesimpulan yang akan diambil.
1.
Konsistensi
2.
Koherensi
Cara menguji autoritas
Seorang
penulis yang objektif selalu menghidari semua desas-desus atau kesaksian dari
tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan
pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian
atau data eksperimental.
1.
Tidak mengandung prasangka
2.
Pengalaman dan pendidikan autoritas
3.
Kemashuran dan prestise
4.
Koherensi dengan kemajuan
Deduktif
Pengertian Deduktif
Pendekatan
deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika
untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan
seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks,
peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering
digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu
yang khusus (going from the general to the specific).
Contoh:
jika meneliti
konsumsi rumah tangga untuk minyak, maka sebelum turun ke lapangan yang
dipersiapkan adalah teori konsumsi, permintaan dan penawaran barang, dll.
pertanyaan yang akan diajukan sudah jelas dan hampir baku, sampelnya jelas,
dll. artinya sudah disiapkan semua tinggal cari data.
Silogisme Kategorial
Yang dimaksud
dengan silogisme adalah suatu bentuk proses penalaran yang berusaha
menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu
kesimpulan atau inferensi yang merupakan prosposisi yang ketiga. Secara khusus
silogisme kategorial dapat dibatasi sebagai suatu argumen deduktif yang
mengandung suatu rangkaian yang terdiri dari tiga proposisi katergorial, yang
disusun sedemikian rupa sehingga ada tiga term yang muncul dalam rangkaian
pernyataan itu. Tiap-tiap term hanya boleh muncul dalam dua pernyataan,
misalnya :
1. Semua
buruh adalah manusia pekerja.
2. Semua
tukang batu adalah buruh.
Jadi, semua
tukang batu adalah manusia pekerja.
Dalam
rangkaian pernyataan di atas terdapat tiga proposisi a + b + c. Dalam rangkaian
silogisme kategorial hanya terdapat tiga term, dan tiap term muncul dalam dua
proposisi.
Silogisme Hipotesis
Silogisme
hipotesis atau silogisme pengandaian adalah semacam pola penalaran
deduktif yang mengandung hipotese. Silogisme hipotetis bertolak dari suatu
pendirian, bahwa ada kemungkinan apa yang disebut dalam proposisi itu tidak ada
atau tidak terjadi. Premis mayornya mengandung pernyataan yang bersifat
hipotesis. Oleh karena sebab itu rumus proposisi mayor dari silogisme ini
adalah:
Jika P, maka Q
Contoh
silogisme hipotesis :
Premis
mayor : Jika tidak
turun hujan, maka panen akan gagal.
Premis
minor : Hujan tidak
turun.
Konklusi
: Sebab itu panen akan
gagal.
Dalam
kenyataan, yaitu bila kita menghadapi persoalan, maka kita dapat mempergunakan
pola penalaran di atas.
Silogisme Alternatif
Jenis
silogisme yang ketiga adalah silogisme alternatif atau disebut
jugasilogisme disjungtif. Silogisme ini dinamakan demikian, karena
proposisi mayornya merupakan sebuah proposisi yang mengandung
kemungkinan-kemungkinan atau pilihan-pilihan. Sebaliknya porposisi minornya
adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu
alternatifnya. Sebagai contoh berikut :
Premis
mayor : Ayah ada dikantor atau dirumah
Premis
minor : Ayah ada dikantor
Konklusi
: Sebab itu, ayah tidak ada dirumah.
Atau
Premis
mayor : Ayah ada dikantor atau dirumah
Premis
minor : Ayah tidak ada dikantor
Konklusi
: Sebab itu, ayah ada dirumah.
Secara praktis
kita juga sering bertindak seperti itu. Untuk menetapkan sesuatu atau menemukan
sesuatu secara sistematis kita bertindak sesuai denga pola silogisme alternatif
itu.
Entinem
Entinem adalah
silogisme yang dipersingkat, hanya terdiri dari premis khusus dan kesimpulan.
Entimen mengandung penyimpulan sebab akibat dari kedua preposisi tersebut,
yaitu preposisi khusus (premis khusus) merupakan sebab bagi apa yang terkandung
di dalam preposisi kesimpulan
Contoh :
Silogisme
kategorial :
PU :
Semua dosen (A) adalah lulusan perguruan tinggi (B)
PK :
Bapak Budi C adalah seorang dosen (A)
K :
Bapak Budi C adalah seorang dosen (B)
Entinem : Bapak
Budi adalah lulusan perguruan tinggi ia seorang dosen
K PK
Induktif
Pengertian Induktif
Pendekatan
induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan
pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan
pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum (going from specific to the
general). APB Statement No. 4 adalah contoh dari penelitian induksi, Statement
ini adalah suatu usaha APB untuk membangun sebuah teori akuntansi. Generally
Accepted Accounting Principles (GAAP) yang dijelaskan di dalam pernyataan
(statement) dibangun berdasarkan observasi dari praktek yang ada.
Contoh:
bisa jadi
langsung ke lapangan untuk wawancara secara mengalir (contoh penelitian tentang
konflik pilkada di desa X) artinya tidak perlu pakai kuesioner tapi tetapi
menggunakan interview guide dan biasanya jenis pertanyaan terbuka dan di
lapangan.
Generalisasi
Adalah suatu
proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual (khusus)
menuju kesimpulan umum yang mengikat selutuh fenomena sejenis dengan fenomena
individual yang diselidiki.
Contoh :
Tamara
Bleszynski adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
Nia Ramadhani
adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
Generalisasi : Semua bintang sinetron berparas
cantik.
Pernyataan “semua
bintang sinetron berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena
belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh
kesalahannya:
Omas juga
bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.
Macam-macam generalisasi :
Generalisasi sempurna
Adalah generalisasi
dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus
penduduk
Generalisasi tidak sempurna
Adalah
generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki
diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir
seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantalon.
Prosedur
pengujian generalisasi tidak sempurna
Generalisasi
yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur
pengujian yang benar.
Prosedur
pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
Jumlah sampel
yang diteliti terwakili.
Sampel harus
bervariasi.
Mempertimbangkan
hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
Hipotese dan Teori
Generalisasi
dan hipotese memiliki sifat yang tumpang tindih, namun membedakan kedua istilah
tersebut sangat perlu. Hipotese (hypo ‘di
bawah’, tithenai ‘menempatkan’) adalah semacam teori atau kesimpulan
yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta tertentu sebagai
penuntun dalam meneliti fakta-fakta lain lebih lanjut. Dan sebaliknya, teori
sebenarnya merupakan hipotese yang secara relatif lebih kuat sifatnya bila
dibandingkan dengan hipotese. Teori adalah azas-azas yang umum dan abstrak yang
diterima secara ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat dipercaya untuk menerangkan
fenomena-fenomena yang ada. Sedangkan hipotese merupakan suatu dugaan yang
bersifat sementara mengenai sebab-sebab atau relasi antara fenomena-fenomena,
sedangkan teori merupakan hipotese yang telah diuji dan yang dapat diterapkan
pada fenomena-fenomena yang releven atau sejenis.
Analogi induktif
Analogi adalah
suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu
sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk suatu hal akan berlaku
pula untuk hal yang lain.
Hubungan kausal
Hubungan
antara sebab dan akibat (hubungan kausal) didalam dunia modern ini,
kadang-kadang tidak mudah diketahui. Tetapi itu tidak berarti bahwa apa yang
dicatat sebagai suatu akibat tidak mempunyai sebab sama sekali. Pada umumnya
hubungan kausal ini dapat berlangsung dalam tiga pola berikut : sebab ke
akibat, akibat kek sebab, dan akibat ke akibat.
Induksi dalam metode Eksposisi
Sebagai telah
dikemukakan diatas, untuk menetapkan apakah data dan informasi yang kita
peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penelitian, apaka data dan
informasi itu merupakan kenyataan atau yang sungguh-sungguh terjadi. Pada tahap
selanjutnya pengarang atau penulis perlu mengadakan penilaian selanjutnya, guna
memperkuat fakta yang akan digunakan sehingga memperkuat kesimpulan yang akan
diambil. Dengan kata lain, perlu diadakannya seleksi untuk menentukan fakta
mana yang akan dijadikan evidensi.
Sumber :
http://www.menginspirasi.com/2013/09/mengenal-pendekatan-deduktif-dan.html?showComment=1391738165213
http://aadanwde.wordpress.com/2012/04/21/berfikir-induktif-dan-deduktif-gorys-keraf/
Komentar
Posting Komentar